Jumat, 07 Oktober 2011

Infeksi Saluran Kemih

0 komentar
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah keadaan bertumbuh dan berkembangbiaknya kuman di dalam saluran kemih dengan jumlah yang bermakna. Pada masa neonates sampai umur 3 bulan, ISK lebih banyak ditemukan pada bayi laki-laki. Pada usia 3 bulan sampai 1 tahun insidens pada laki-laki sama dengan perempuan, sedangkan pada usia sekolah penderita perempuan banding laki-laki adalah 3-4 : 1.
Etiologi
E.coli adalah penyebab tersering. Penyebab lain ialah klebsiela, enterobakter, pseudomonas, streptokok, dan stafilokok.

Pathogenesis
ISK terjadi melalui cara:
·     Hematogen: biasa terjadi pada bayi sebagai akibat sepsis.
·     Per kontinuitatum: pada anak besar dari perineum menjalar secara asendens ke kandung kemih, ureter, atau parenkim ginjal.
Faktor predisposisi ISK: kelainan kongenital  yang bersifat obstruktif dan refluks, batu saluran kemih, pemasangan kateter kandung kemih, stasis urin karena obstipasi, tumor, kandung kemih neurogenik, dll.

Manifestasi Klinis
ISK dapat simtomatik maupun asimtomatik. Pada bayi baru lahir gejala dapat berupa demam, malas minum, ikterus, hambatan pertumbuhan, atau tanda-tanda sepsis. Pada masa bayi gejala sering berupa panas yang tidak jelas penyebabnya, nafsu makan kurang, gangguan pertumbuhan, kadang-kadang diare atau kencing sangat berbau. Pada usia prasekolah berupa sakit perut, muntah, demam, sering kencing, dan mengompol. Pada usia sekolah gejala spesifik makin nyata berupa mengompol, sering kencing, sakit waktu kencing, atau sakit pinggang.
Demam dan sakit pinggang merupakan gejala ISK bagian atas (ureter, pielum, dan ginjal) sedangkan gejala ISK bagian bawah (kandung kemih dan uretra) biasanya lebih ringan, umumnya berupa disuria, polakisuria, atau kencing mengedan, tanpa demam.
Pada infeksi kronis atau berulang dapat terjadi tanda-tanda gagal ginjal menahun atau hipertensi serta gangguan pertumbuhan.

Pemeriksaan Penunjang
a.  Biakan urin: biakan urin pancaran tengah (midstream urine) dan kateterisasi kandung kemih dianggap positif bila jumlah kuman ≥100.000/ml urin. Jumlah kuman antara 10.000-100.000 dianggap meragukan dan perlu diulang. Bila <10.000 hasil dianggap sebagai kontaminasi. Biakan urin dari pungsi kandung kemih dianggap positif bila ditemukan ≥200 kuman/ml urin.
b.   Urin lengkap: tidak ada korelasi pasti antara piuria dan bakteriuria, tetapi pada setiap kasus dengan piuria harus dicurigai kemungkinan ISK. Bila ditemukan silinder leukosit, kemungkinan pielonefritis perlu dipikirkan.
c. Lain-lain: data tambahan berupa peninggian laju endap darah (LED) dan kadar protein C-reaktif, penurunan fungsi ginjal, serta adanya azotemia member petunjuk adanya ISK bagian atas.


Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya jumlah bakteri yang bermakna dalam urin yang seharusnya steril dengan atau tanpa disertai piuria.

Penatalaksaan
Tata laksana umum: atasi demam, muntah, dehidrasi, dll. Anak dianjurkan banyak minum dan jangan membiasakan kencing. Untuk mengatasi disuria dapat diberikan fenazopiridin (pyridium) 7-10 mg/kgBB/hari. Faktor predisposisi dicari dan dihilangkan. Tata laksana khusus ditujukan terhadap 3 hal, yaitu pengobatan infeksi akut, pengobatan dan pencegahan ifeksi berulang, serta deteksi dan koreksi bedah terhadap kelainan anatomis salurah kemih.
1.   Pengobatan infeksi akut: pada keadaan berat atau demam tinggi dan keadaan umum lemah segera berikan antibiotik tanpa menunggu hasil biakan urin dan uji resistensi kuman. Obat pilihan pertama adalah ampisilin, kotrimoksazol, sulfisoksazol, asam nalidiksat, dan nitrofurantoin. Sebagai pilihan kedua adalah aminoglikosida (gentamisin, amikasin, dll), sefaleksin, doksisiklin, dll. Terapi diberikan selama 7 hari.
2.  Pengobatan dan pencegahan infeksi berulang: 30-50% akan mengalami infeksi berulang dan sekitar 50% di antaranya tanpa gejala. Maka, perlu dilakukan biakan ulang pada minggu pertama sesudah selesai pengobatan fase akut, kemudian 1 bulan, 3 bulan, dan seterusnya setiap 3 bulan selama 2 tahun. Setiap infeksi berulang harus diobati seperti pengobatan pada fase akut. Bila relaps atau terinfeksi terjadi lebih adri 2 kali, pengobatan dilanjutkan dengan terapi profilaksis menggunakan obat antisepsis saluran kemih, yaitu nitrofurantoin, kotrimoksazol, sefaleksin, atau metenamin mandelat. Umumnya diberikan ¼ dosis normal, satu kali sehari pada malam hari selama 3 bulan. Bila ISK disertai dengan kelainan anatomis, pemberian obat disesuaikan dengan hasil uji resistensi dan terapi profilaksis dilanjutkan selama 6 bulan, bila perlu sampai 2 tahun.
3. Koreksi bedah: bila pada pemeriksaan radiologis ditemukan obstruksi, perlu dilakukan koreksi bedah. Penanganan terhadap refluks tergantung dari stadium. Refluks stadium I sampai III biasanya akan menghilang dengan pengobatan terhadap infeksi. Pada stadium IV dan V perlu dilakukan koreksi bedah dengan reimplementasi ureter pada kandung kemih (ureteroneosistostomi). Pada pionefrosis atau pielonefritis atrofik kronik, nefrektomi kadang-kadang perlu dilakukan.

Prognosis
ISK tanpa kelainan anatomis mempunyai prognosis lebih baik bila pengobatan pada fase akut adekuat dan disertai pengawasan terhadap kemungkinan infeksi berulang.

0 komentar:

Posting Komentar