Gagal ginjal akut (GGA) adalah suatu keadaan klinis ditandai dengan penurunan fungsi ginjal mendadak dengan akibat terjadinya peningkatan hasil metabolik nitrogen seperti ureum dan kreatinin.
Etiologi
· Faktor prarenal: perdarahan, dehidrasi, asidosis diabetik, hipovolemia pada kebocoran kapiler atau sindrom nefrotik, syok, gagal jantung, dll.
· Faktor renal: glomerulonefritis akut, nefrotoksin, nekrosis tubular akut, pielonefritis akut, koagulasi intravascular, dll.
· Faktor pascarenal: obstruksi saluran kemih akibat kelainan bawaan, tumor, nefrolitiasis, keracunan jengkol, dll.
Manifestasi Klinis
Pucat (anemia), oliguria, edema, hipertensi, muntah, letargi, gejala kelebihan cairan berupa gagal jantung kongestif atau edema paru, aritmia jantung akibat hiperkalemia, hematemesis dengan/tanpa melena akibat gastritis/tukak lambung, kejang, kesadaran menurun sampai koma.
Fase gagal ginjal akut:
· Fase oliguria/anuria: jumlah urin berkurang sampai 10-30 ml sehari, dapat berlangsung 4-5 hari, kadang-kadang sampai 1 bulan. Terdapat gejala uremia nyata, seperti pusing, muntah, apatis sampai somnolen, haus, napas Kussmaul, kejang, dll. Ditemukan hiperkalemia, hiperfosfatemia, hipokalsemia, hiponatremia, dan asidosis metabolik.
· Fase diuretik: poliuria, dapat timbul dehidrasi. Berlangsung sekitar 2 minggu.
· Fase penyembuhan atau pascadiuretik: poliuria dan gejala uremia berkurang. Faal glomerulus dan tubulus membaik dalam beberapa minggu, tetapi masih ada kelainan kecil. Yang paling lama terganggu adalah daya mengkonsentrasi urin. Kadang-kadang faal ginjal tidak menjadi normal lagi dan albuminuria tetap ditemukan.
Penatalaksanaan
· Singkirkan kemungkinan GGA prarenal maupun pascarenal, tanpa adanya GGA renal.
· GGA prarenal dicari dengan anamnesis mengenai kemungkinan etiologi dan pemeriksaan fisis terhadap adanya dehidrasi dan renjatan. Pada gastroenteritis dehidrasi berikan cairan Ringer laktat atau Darrow glukosa sesuai protocol. Pada syok hemoragik berikan tranfusi darah, syok pada sindrom nefrotik akibat hipovolemia diberi infuse albumin atau plasma. Pada dehidrasi yang tidak jelas penyebabnya diberi cairan Ringer laktat 20 ml/kgBB dalam waktu 1 jam.
· GGA pascarenal dicari berdasarkan riwayat penyakit dan ultrasonografi ginjal. Kadang-kadang diperlukan pielografi antegrad atau retrograde. Pada obstruksi bilateral di atas vesika urinaria perlu dilakukan pemasangan nefrostomi.
· Bila pasien telah memasuki fase renal, dapat dilakukan dieresis paksa dengan diuretik (furosemid 1 mg/kgBB, dinaikkan berganda setiap 6-8 jam sampai 10 mg/kgBB/kali). Syaratnya adalah pasien telah tidak dehidrasi dan obstruksi saluran kemih sudah disingkirkan. Dieresis paksa dianggap berhasil bila dapat meningkatkan dieresis 6-10 ml/kgBB/jam dalam 1-2 jam. Dapat diberikan dopamin 5 µg/kgBB/menit untuk meningkatkan peredaran darah ginjal.
· Balans cairan secara cermat. Balans cairan baik bila berat badan tiap hari turun 0.1-0,2%. Cairan sebaiknya diberikan peroral. Bila pasien sering muntah, diberikan per infus. Pada pasien anuria digunakan glukosa 10-20%, oligouria digunakan glukosa 10%:NaCl=3:1.
· Asupan kalori minimal 50-60 kal/kgBB/hari.
· Koreksi asidosis metabolik dengan NaHCO3 sejumlah ekses basa x berat badan x 0,3 (mEq) cukup sampai kadar NaHCO3 serum 12 mEq/l atau pH 7,20 sehingga rumus pemberian NaHCO3 menjadi 0,3 x BB x (12-NaHCO3 terukur). Bila AGD tidak dapat dilakukan, dilakukan koreksi buta 2-3 mEq/kgBB/hari setiap 12 jam.
· Hiperkalemia 5,5-7.0 mEq/l diatasi dengan kation exchange resin. Bila kadar K > 7.0 atau ada kelainan EKG atau aritmia jantung diberikan kalsium glukonas 10% 0,5 ml/kgBB intravena dan natrium bikarbonat 7,5% 2,5 mEq/kgBB intravena masing-masing dalam 10-15 menit. Bila hiperkalemia tetap ada, berikan glukosa 0,5 g/kgBB per infuse selama 30 menit ditambah insulin 0,1 u/kgBB atau 0,2 u/g glukosa.
· Hiponatremia <120 mEq/l atau disertai gejala serebral dikoreksi dengan NaCl hipertonik 3% dalam 1-4 jam sampai Na serum 125 mEq/l dengan rumus Na (mmol)=(140-Na)x0,6xBB.
· Hiperfosfatemia diatasi dengan pengikat fosfat, yaitu kalsium karbonat 50 mg/kgBB/hari.
· Tranfusi dilakukan bila kadar Hb <6 g/dl atau Ht <20%. Diberikan packed red cell dengan tetesan lambat ± 10 tetes/menit.
· Hipertensi ditanggulangi dengan diuretik, bila perlu dikombinasi dengan kaptopril. Pada hipertensi krisis dapat diberikan klonidin drip, nifedipin sublingual 0,3 mg/kgBB/kali, atau natrium nitroprusid 0,5 mg/kgBB/menit.
· Edema paru diatasi dengan pemberian diuretic.
· Bila terjadi peningkatan asam urat serum perlu diberikan alopurinol.
· Infeksi diatasi dengan antibiotik yang adekuat dan tidak nefrotoksik.
· Dialisis dilakukan dengan indikasi: ureum darah >200 mg%, hiperkalemia >7,5 mEq/l, bikarbonat serum <12 mEq/l, adanya gejala overhidrasi (edema paru, dekompensasi jantung, dan hipertensi yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan), uremia dengan penurunan kesadaran.
|
Daftar Pustaka :
1. Hassan R, Husein A, editor. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1985:827-32
2. Alatas H, Tambunan T, Trihono PT, editor.Buku Ajar Nefrologi Anak Jilid 2.Jakarta:Balai Penerbit FKUI, 1996.181-97
3. Hay WW Jr, Groothuis JR,et al. current Pediatric Diagnosis & Treatment. 13th ed.Stamford:Appleton & Lange, 1007:607-30
4. Arif, Mansjoer.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta:Media Aesculapius. 2000.
0 komentar:
Posting Komentar